Minyak
Pelumas dari Botol Plastik Bekas
Percayakah
anda jika suatu saat nanti botol plastik bekas dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan minyak pelumas untuk kendaraan bermotor? Jika tidak percaya,
tanyakan saja pada Stephen J. Miller, Ph.D., seorang ilmuwan senior dan
konsultan peneliti di Chevron. Bersama rekan-rekannya di pusat penelitian
Chevron Energy Technology Company, Richmond, California, Amerika Serikat dan
University of Kentucky, ia berhasil
mengubah limbah plastik menjadi minyak pelumas. Bagaimana caranya?
Sebagian
besar penduduk di dunia memanfaatkan plastic dalam menjalankan aktivitasnya.
Berdasarkan data Environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat pada
tahun 2001, penduduk Amerika Serikat sedikitnya menggunakan 25 juta ton plastic
setiap tahunnya. Belum ditambah pengguna plastik di negara lainnya. Bukan suatu
yang mengherankan jika plastik banyak digunakan. Plastik memiliki banyak
kelebihan dibandingkan bahan lainnya. Secara umum, plastik memiliki densitas
yang rendah, bersifat isolasi terhadap listrik, mempunyai kekuatan mekanik yang
bervariasi, ketahanan suhu terbatas, serta ketahanan bahan kimia yang
bervariasi. Selain itu, plastik juga
ringan, mudah dalam perancangan, dan biaya pembuatan murah.
Sayangnya,
di balik segala kelebihannya, limbah plastik menimbulkan masalah bagi
lingkungan. Penyebabnya tak lain sifat plastik yang tidak dapat diuraikan dalam
tanah. Untuk mrngatasinya, para pakar lingkungan dan ilmuwan dari berbagai
disiplin ilmu telah melakukan berbagai penelitian dan tindakan. Salah satunya
dengan cara mendaur ulang limbah plastik. Namun, cara ini tidaklah terlalu
efektif. Hanya sekitar 4% yang dapat didaur ulang, sisanya menggunung di tempat
penampungan sampah.
Mungkinkah
tumpukan sampah plastic ini dapat diubah menjadi minyak pelumas? Masalah itulah
yang mendasari Miller dan rekan-rekannya untuk melakukan penelitian ini.
Sebagian besar plastik yang digunakan masyarakat merupakan jenis platik
polietilena.
Ada
dua jenis polietilena, yaitu high density polyethylene (HDPE) dan low density
polyethylene (LDPE). HDPE banyak digunakan sebagai botol plastik minuman,
sedangkan LDPE banyak digunakan untuk kantong plastik. Dalam penelitiannya yang
akan dipublikasikan dalam Jurnal American Chemical Society bagian Energi dan
Bahan Bakar (Energy and Fuel) edisi 20 Juli 2005, Miller memanaskan polietilena
menggunakan metode pirolisis, lalu menyelidiki zat hasil pemanasan tersebut.
Ternyata,
ketika polietilena dipanaskan akan berbentuk suatu senyawa hidrokarbon cair.
Senyawa ini mempunyai bentuk mirip lilin (wax). Banyaknya plastik yang terurai
adalah sekitar 60%, suatu jumlah yang cukup banyak. Struktur kimia yang
dimiliki senyawa hidrokarbon cair mirip lilin ini memungkinkannya untuk diolah
menjadi minyak pelumas berkualitas tinngi. Sekadar informasi, minyak pelumas
yang saat ini beredar di pasaran berasal dari pengolahan minyak bumi. Minyak
mentah (crude oil) hasil pengeboran minyak bumi di dasar bumi mengandung bebagai
senyawa hidrokarbon dengan titik didih yang berbeda-beda. Kemudian berbagai
senyawa hidrokarbon yang terkandung dalam minyak mentah ini dipisahkan
menggunakan teknik distilasi bertingkat (penyulingan) berdasarkan perbedaan
titik didihnya. Selain bahan bakar seperti bensin, solar, dan minyak tanah,
penyulingan minyak mentah juga menghasilkan minyak pelumas. Sifat kimia senyawa
hidrokarbon cair dari hasil pemanasan limbah plastik mirip dengan senyawa
hidokarbon yang terkandung dalam minyak mentah, sehingga dapat diolah menjadi
minyak pelumas. Pengubahan hidrokarbon cair hasil pirolisis limbah plastik
menjadi minyak pelumas menggunakan metode hidroisomerisasi. Miller berharap
minyak pelumas buatan ini dapat digunakan untuk kendaraan bermotor dengan
kualitas yang sama dengan minyak bumi hasil penyulingan minyak mentah, ramah
lingkungan, sekaligus ekonomis.
Sebenarnya,
usaha pembuatan minyak sintetis dari senyawa hidrokarbon cair ini bukan suatu
hal baru. Pada awal 1990-an, perusahaan Chevron telah mencoba mengubah senyawa
hidrokarbon cair menjadi bahan bakar sintetis untuk tujuan komersial. Hanya
saja bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan senyawa hidokarbon cair
berasal dari gas alam (umumnya gas metana) melalui proses katalitik yang
dikenal dengan nama proses Fischer-Tropsch. Pada proses Fischer-Tropsch ini,
gas metana diubah menjadi gas sintetis (syngas), yaitu campuran antara gas hidrogen
dan karbon monoksida, dengan bantuan besi atau kobalt sebagai katalis.
Selanjutnya, syngas ini diubah menjadi senyawa hidrokarbon cair, untuk kemudian
diolah menggunakan proses hydrocracking menjadi bahan bakar dan produk minyak
bumi lainnya, termasuk minyak pelumas. Senyawa hidrokarbon cair hasil pengubahan
dari syngas ini mempunyai sifat kimia yang sama dengan polietilena.
Kini dengan adanya penemuan ini, pembuatan
minyak pelumas tidak perlu lagi gas alam. Cukup dengan memanfaatkan limbah botol
plastik, jadilah minyak pelumas. Tertarik mencoba?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar